Pencak Silat Blog adalah blog yang secara khusus berusaha untuk mengenalkan Pencak Silat sebagai warisan luhur nusantara khususnya Indonesia agar lebih dikenal dunia

Senin, 31 Oktober 2016

Sejarah Maenpo Silat Cikalong

Sejarah silat Cikalong. Silat Cikalong lebih dikenal maenpo Cikalong. Cikalong berlokasi di Kabupaten Cianjur. Aliran Cikalong kalau dibilang seperti Aikido Jepang atau Taichi China. Sedikit perbedaan, Cikalong mempunyai penyelesaian jurus untuk melumpuhkan , melukai bahkan membunuh musuh. Gerakanya halus namun kuat.




Telah disepakati oleh kalangan tokoh pencak silat bahwa pencipta dan penyebar pertama aliran pencak silat Cikalong adalah R. Jayaperbata yang kemudian berganti nama menjadi R. Haji Ibrahim setelah beliau berziarah ke Tanah Suci. R.H. Ibrahim adalah keturunan bangsawan Cianjur.

Sejarah terbentuknya aliran ini, menurut beberapa sumber dimulai ketika R.H. Ibrahim berguru kepada kakak iparnya sendiri (suami Nyi Raden Hadijah, kakak R.H. Ibrahim) yaitu R. Ateng Alimuddin, seorang saudagar kuda dari Jatinegara. Permainan pencak silat R. Ateng Alimudin sendiri adalah Cimande Kampung Baru. Atas perunjuk R. Ateng Alimudin, R.H. Ibrahim kemudian disarankan untuk melanjutkanpelajarannya pada Bang Ma’ruf, seorang guru pencak silat di Kampung Karet, Tanah Abang, Jakarta.

R.H. Ibrahim yang juga mempunyai usaha jual beli kuda kerap kali pulang pergi antara Cianjur dan
Jakarta. Sewaktu berada di Jakarta, dimanfaatkannya untuk belajar pencak silat dari Bang Ma’ruf. Ketika sedang belajar di Bang Ma’ruf, secara tidak sengaja R.H. Ibrahim berkenalan dengan tetangga Ban Ma’ruf yang bernama Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli pencak silat yang sangat tangguh. Sejak saat itu, tanpa sepengetahuan Bang Ma’ruf, R.H. Ibrahim mulai berguru kepada Bang Madi.

Karena R.H. Ibrahim adalah seorang bangsawan yang cukup kaya, maka agar lebih leluasa, Bang Madi langsung didatangkan ke Cianjur untuk mengajar di sana. Segala keperluan hidup untuk keluarganya ditanggung oleh R.H. Ibrahim. Dari Bang Madi diperoleh ilmu permainan rasa,
yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera melumpukannya.

Menurut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping “mendahului tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.

Setelah dianggap mahir, atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang
tokoh dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari. Sebelum diterama menjadi murid, R.H. Ibrahim sempat dicoba dahulu kemampuannya. Bang Kari pun kemudian mengetahui bahwa yang datang kali ini adalah orang yang sangat berbakat dan mempunyai masa depan yang cemerlang di dunia persilatan.

Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan
kecepatan gerak dan tenaga ledak. Selain dari keempat tokoh pencak silat dia tas, R. H. Ibrahim banyak berguru pada tokoh-tokoh lain. Ada yang mengatakan sampai tujuh belas orang guru, bahkan ada juga yang mengatakan lebih dari empat puluh orang guru. Dari hasil berguru tersebut kemudian R.H. Ibrahim melakukan perenungan selama tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah gua di kampung Jelebud, di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal aliran Cikalong.

Share:

Minggu, 30 Oktober 2016

Sejarah silat cimande


Silat cimande adalah salah satu aliran silat yang sangat disegani. Namun sejarah Cimande sendiri masih menjadi perdebatan karena kurangnya literatur tentang Cimande itu sendiri.

Namun sejarah yang ada dan beredar secara online ada 3 versi. Versi ketiga banyak orang meyakini adalah versi yang lebih mendekati kepada kebenaran. Namun versi ke 3 sendiri juga masih diperdebatkan apabila para pecinta silat berdiskusi dengan murid-murid cimande.

Untuk membandingkan silahkan kunjungi sejarah silat cimande di https://id.wikipedia.org/wiki/Silat_Cimande

Sedangkan diskusi sejarah cimande di sahabatsilat.com adalah sebagai berikut
http://sahabatsilat.com/forum/aliran-pencak-silat/(profil)-pencak-silat-cimande/
Hasil gambar untuk silat cimande

Share:

Sejarah Silat Mingakabau

Minagkabau yang tepatnya terletak di Sumatra Barat merupakan asal salah satu aliran silat tertua di Indonesia selain Cimande. Gerakan silat minang lebih menekankan keahlian perkelahian dengan kuncian, bantingan, tikaman dan perkelahian dibawah ( ground fighting). Walaupun tidak menghilangkan perkelahian stand up fighting.

Gerakan Mancak



Namun demikian kata pencak dalam bahasa Minangkabau diberi arti lain lagi,  katapencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah: [4]   Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.[5]  Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.[6]

2.  Gerakan silat


Pencak atau mancak memiliki gerakan mirip tarian yang ditampilkan di depan penonton dalam acara adat dengan gerakan yang anggun. Sementara itu, silat atau silek adalah ilmu bela diri dengan gerakan sederhana, efektif, cepat, dan akurat, bertujuan untuk menghentikan serangan lawan. Saat ini sebagian orang belajar silek untuk ilmu bela diri dan yang lain mempelajarinya sebagai bentuk seni bela diri.

Share:

Sabtu, 29 Oktober 2016

Sejarah SIngkat Silat

Rasa suka saya dengan Pentcak Silat membuat saya tergerak menerbitkan sebuah blog tentang Silat. Walaupun tulisanya banyak copy paste, namun saya berikan kredit link. Tulisan ini hanyalah seperti kliping tentang silat. Jadi isi tulisan saya copy tetapi saya berikan pendahuluan. Tujuanya adalah memudahkan anda para pecinta dunia persilatan mencari referensi tentang Pentcak Silat.


Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan

penyebaran suku bangsa Melayu nusantara. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Ø SEJARAH

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapipada abad ke-11.Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Si Pitung, Hang Tuah, dan Gajah Mada
Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur.Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Ø PENCAK SILAT DI DUNIA
Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.
Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.
http://yohatma.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-singkat-pencak-silat.html
Share:

Selasa, 25 Oktober 2016

Menabur Benih Pendekar Muda (r)




detikbeksiSejumlah ilmu beladiri, seperti karate, judo, taekwondo, sudah menjadi kegiatan ekstrakulikuler baik di SD, SMP dan SMU di Jakarta. Pencak silat yang merupakan kebudayaan bangsa sendiri, juga ikut menjadi kegiatan eskul. Namun rupanya, tidak semua jenis pencak silat mantap bertahan. Silat Betawi seperti Beksi, rupanya agak terseok-seok untuk maju.

"Hambatan pencak silat, seperti Beksi (pencak silat khas Jakarta) ini, kurangnya manajemen organisasi dengan baik, belum lagi soal dana," kata Ketua Umum Perguruan Pencak Silat (PPS) Beksi H Hasbullah, Haji Basyir, dalam obrolannya bersama detikcom di kediaman dan padepokannya di Jl KPBD, Kampung Baru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (25/5/2010).

Pencak silat Beksi, lanjut Basyir, saat ini baru diajarkan di tiga sekolah, yaitu di Putra Satria, Maambaul Ulum dan SMUN 90 Petukangan, Jakarta Selatan. Beksi diharapkan bisa memasuki semua sekolah di DKI Jakarta, karena merupakan bagian dari kebudayaan Betawi.

"Tidak tertutup kemungkinan kita bisa mengajak Dinas Pendidikan agar ini dijadikan kurikulum. Tapi kita harus berbentuk lembaga hukum, seperti yayasan. Ini sedang kita rintis," terangnya.

Basyir mengakui anak muda memang kurang berminat mempelajari silat Beksi. Apalagi di Jakarta, banyak ilmu beladiri luar negeri yang baru masuk dan dianggap lebih modern misalnya saja Capoeira dari Brazil. Para guru silat Beksi pun melakukan sejumlah modifikasi dengan membuat formasi jurus, agar silat Beksi lebih mudah dipelajari.

"Kalau orang sudah tahu kegunaan atau makna jurus itu, akan lebih tertarik. Orang Swedia saja ada yang belajar, karena tekniknya tidak kalah dengan Aikido dan Jujitsu. Jurus kunciannya mematikan juga," tegasnya.

Silat Beksi adalah hasil akulturasi budaya Betawi dan China. Dahulu, penciptanya adalah Lie Cheng Oek, warga keturunan China dari Kampung Dadap, Tangerang Banten. Silat Beksi kini sudah diajarkan sekitar empat generasi, termasuk salah satu cabangnya, silat Beksi Haji Hasbullah yang merupakan murid Lie Cheng Oek. Para murid silat Beksi mencoba membangun komunikasi terutama dengan generasi tua, namun itu bukan perkara gampang.

"Orang Betawi kan adatnya, siapa elu mau ajak-ajak gue?" kata Basyir.

Basyir mengakui, orang mulai tertarik belajar silat Beksi karena ketokohan guru besar PPS Beksi H Hasbullah yang menampilkan silat Beksi dalam film 'Darah Muda' yang dibintangi Rhoma Irama. "Belum lagi adanya film Si Pitung, termasuk sinetronya di televisi, itu ada pengaruhnya juga," kata Basyir yang saat ini berprofesi sebagai pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat itu.

Sementara, Koordinator Pelatih PPS Beksi H Hasbullah, Endang (42) juga menambahkan, saat ini pihaknya tengah mengajukan sejumlah proposal kepada seluruh sekolah yang ada di DKI Jakarta. Isinya antara lain, mengajukan agar silat Beksi bisa mendapatkan tempat sebagai pelajaran tambahan.

"Beksi, atau silat lainnya sebenarnya bisa menjadi media dakwah, pembinaan mental. Bukan berarti belajar silat, itu siswa diajarkan berantem, tawuran. Justru sebaliknya, bagaimana mengendalikan emosi dan mental. Silat itu olahraga dan seni juga," terangnya.
Share:

BELABAR: SILAT CIKAK KALIMA BENGKULU



20110524-belabar-01Belabar adalah sebutan untuk tempat latihan silat di perguruan Silat Cikak Bengkulu.
Ada dua jenis belabar, yaitu belabar besar dan belabar kecil.
Belabar besar biasanya dipakai untuk latihan secara massal. Jika untuk latihan bertarung ambilan serangan dilakukan dari jauh.


20110524-belabar-02

Sedangkan belabar kecil dipakai untuk menguji seorang murid. Murid yang akan diuji dimasukkan kr dalam belabar kecil untuk untuk kemudian� dihadapkan dengan lawan. Lawan biasannya senior maupun guru. Dalam belabar kecil seorang murid yang diuji harus mampu menghadapi serangan lawan, baik serangan tangan kosong maupun senjata. Dalam belabar kecil yang luasnya cuma 1 meter X 1,5 meter ini seorang murid harus mampu menangkap dan mengunci lawan.

Prosesi dalam belabar kecil ini sering diistilahkan dengan mutus. Dari sinilah seorang murid ditentukan apakah dia layak mengajar/ membuka perguruan atau cuma menjadi assisten guru, atau bahkan mengulang latihan lagi. Ketetapan ini ditentukan oleh guru besar.

20110524-belabar-03

Yang menarik adalah, sebelum� masuk dalam belabar kecil, seorang murid harus melewati ritual.
Langiran namanya. Murid yang akan melaksanakan ujian diantar oleh seniornya menuju belabar kecil. Kemudian murid dihadapka ke ketua belabar. Oleh ketua belabar murid� dilangir, dengan cara membasuh tangan, kaki, dan muka dengan air yang sudah di kasih ramuan. Ramuan berupa jeruk nipis, daun sedingin, daun setawar. Semua bahan itu di taruh didalam mangkuk atau belantan putih.

Tujuan dari langiran adalah sebagai sarana memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan kelancaran selama prosesi di dala belabar kecil.
Share:

Silat Beksi - H. Hasbullah, Berbakti dengan Pukulan Besi



BEKSI (H. Hasbullah)

Berbakti dengan Pukulan Besi. Sebuah pukulan meluncur deras ke arah mukanya, tapi lelaki itu dengan gesit memutar bahunya. Menghindar. Lalu giliran kepalan tangannya yang mendarat di wajah lawan. Cepat. Keras bak besi.

Beksi emang ngandelin power dan kecepetan tangan, ujar H Basyir Bustomi, 38 tahun, dengan logat Betawi yang kental. Basyir adalah ketua perguruan silat Betawi, Beksi Haji Hasbullah.

Ditahbiskannya nama sang guru ada ceritanya. dikisahkan, guru besar asal bela diri ini justru seorang keturunan Tionghoa bernama Lie Ceng Oek. Ia tinggal di Kampung Dadap, Tangerang.

Lie memiliki seorang pegawai bernama Ki Marhali. Ketika itu, Marhali kerap melihat tuannya berlatih kungfu. Lantas ia mencoba gerakan-gerakan sang tuan. Lie, yang melihat Marhali memiliki bakat, lantas mengajarinya.

Suatu waktu Marhali bertemu dengan H. Ghozali dari Petukangan, Jakarta Selatan. Ghozali, yang mendengar Marhali seorang ahli ilmu bela diri, lantas menjajalnya. Marhali menang. Ghozali dan keponakannya, H. Hasbullah, akhirnya belajar ilmu bela diri baru ini.

Selain Hasbullah, Ghozali juga memiliki dua murid lainnya. Maka jadilah tiga perguruan Beksi yang ada sekarang dengan menasbihkan nama gurunya masing-masing: H. Hasbullah,
Engkong Nur
dan Engkong Simin.

Kami masih sering bertemu dan bersilaturahmi. Terakhir kami mengadakan festival dan Beksi H. Hasbullah keluar sebagai juara, kata Basyir, sambil menunjuk piala bergilir di ruang tamu rumahnya.

H. Hasbullah (1896-1989) mengembangkan ilmunya, terutama di Petukangan, Kebayoran Lama, Ulujami, dan Pondok Aren. Murid-muridnya lantas mengembangkannya hingga ke lima wilayah Jakarta.

Beksi sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Cina, Bie Sie. Bie artinya pertahanan dan Sie artinya empat. Maknanya, pertahanan empat penjuru. Dalam lidah Betawi, akhirnya menjadi Beksi. Oleh Hasbullah, lantas diberi makna baru: Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.

Ciri khas Beksi adalah pukulan kepalan terbalik dengan sisi lengan dalam menghadap ke atas. Pukulan ini harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga. Ketika menyerang, tulang buhul jari menjadi ujung pukulan. Jadi pukulan kite ada matanye, kata Basyir.

Pukulan kepalan terbalik ini dibarengi dengan goleng atau gerak bahu untuk meningkatkan kekuatan pukulan. Selain tentu menambah jangkauan tangan, ujarnya.

Selain itu, pukulan sikut menjadi ciri khas Beksi, lagi-lagi dengan landasan tenaga. Bertarung dengan jarak rapat, lawan dijamin babak belur. Siapa berani mencoba?

Penulis : Amal ihsan

Share:

Beksi, Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi



SEJARAH SILAT BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH
� Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi �

Salah satu jenis silat betawi yg terus berkembang sampai saat ini adalah BEKSI, secara bahasa BEKSI berasal dari kata BEK yg berarti Pertahanan (belanda) dan SI yg berarti Empat (Cina), jadi BEKSI itu maksudnya adalah Pertahanan dari Empat penjuru, atau BEKSI juga adalah singkatan yang dapat di artikan � Berbaktilah Engkau Kepada Seruan Ilahi �, sebagai seruan aplikasi perbuatan baik yang wajib di jalani setelah seseorang belajar Beksi.



BEKSI pada awalnya dibawa oleh lelaki petani keturunan cina yg hidup dan tinggal di daerah Dadap Tanggerang sekitar tahun 1928, lelaki itu bernama LIE CHENG OK, yang juga mahir mengajarkan beladiri (Beksi) kepada anak-anaknya, Suatu waktu dia bersengketa dengan petani pribumi yang juga jago silat, soal saluran air sawah, duel pun tak terhindarkan, namun sebelumnya mereka membuat perjanjian �Siapa yang kalah harus berguru kepada si pemenang�, kemudian Lie Cheng Ok menang, tapi si petani merasa sudah terlalu renta tuk belajar lagi, maka disuruhlah anaknya yg bernama MARHALI tuk berguru Beksi kpd Lie Ceng Ok, Marhali pun belajar hingga mahir menggunakan ilmu silat yg khas menggunakan kepalan terbalik ini.

Suatu saat Marhali bertemu dengan H. GHOZALI (H.Zali) dari petukangan yg tengah ngamen seni rebana ke daerah Dadap, H. Zali lalu menjajal ilmu Marhali sampai kemudian ikut belajar hingga selesai 12 jurus dan membawanya pulang ke Petukangan (Kebayoran), disini ada H. HASBULLAH (Kong Has) yang walau sudah banyak memiliki ilmu silat, namun beliau masih haus juga tuk belajar Beksi dari H. Zali dan terus berusaha utk menguasainya, Kong Has tidak hanya belajar Beksi kepada H. Zali tapi setelah beliau selesai belajar pada H. Zali beliau meneruskan lagi dengan belajar kepada Marhali dan meneruskan lagi belajar dan menyelesaikan serta menyempurnakannya langsung pada Lie Cheng Ok, jadi beliau termasuk orang yg belajar Beksi secara komplit, baik secara urutan guru maupun jurus, Kemudian hasilnya setelah 60 tahun mendalami beliau berhasil menguasai 12 jurus di tambah beberapa pengembangan sendiri ( Jurus ciptaan beliau sendiri ) tanpa mengurangi atau menambah jurus asli.

Di tangan Kong Has perkembangan Beksi kian populer, Bahkan pada tahun 1975 beberapa kali Beksi menjadi finalis juara dalam event Lomba Tarung Bebas di Cileduk, Tanggerang dan Bandung, dan karena menang di bandung juga Alm. Kong Has diajak main film, beliau berperan sebagai Guru Silat dari Rhoma Irama dalam film �DARAH MUDA�, Kong H. Hasbullah bin H. Misin wafat pada kisaran usia 126 tahun ( tertulis di batu nisannya, Lahir 1863 � Wafat 14-11-1989 ), dan beliau di makamkan di sebuah TPU di daerah Petukangan jakarta selatan.

Kemudian pada saat ini estafet perkembangan BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH di pegang oleh SABENUH MASIR ( Babeh Benuh ), yang mendapatkan pusaka amanat dari guru sekaligus mertuanya Alm. H. Hasbullah tuk melanjutkan, menjaga serta mengembangkan Beksi ini agar di bawa dengan tujuan dan cara yg baik, Babeh Benuh juga telah di nobatkan sebagai Guru Besar Beksi oleh tokoh silat indonesia yang juga Presiden Silat Dunia yaitu Bpk.H. EDI NALAPRAYA.

Babeh Benuh setelah selama lebih dari 40 tahun mendalami Beksi, telah juga berhasil mengembangkan beberapa jurus baru, bahkan beliau juga telah membukukan jurus-jurus Beksi dan membuatnya dalam bentuk VCD agar Beksi lebih mudah di pelajari oleh generasi selanjutnya.

Secara organisasi, Perguruan Silat Beksi Tradisional H. Hasbullah sekarang di pimpin oleh MUHALI YAHYA (Bang Ali), yang di bawah pimpinannya Beksi sudah tersebar di lebih dari 23 kolat di beberapa wilayah jakarta, beliau juga sangat aktif membawa Beksi menjalin silaturrahmi dengan perguruan- perguruan silat lain, baik dalam ajang FORUM PECINTA & PELESTARI SILAT TRADISIONAL INDONESIA maupun lewat media internet, yaitu via jejaring sosial Facebook dan Youtube dengan nama akun, beksi_tradisional@yahoo.com �.

Dan dalam perjalanannya saat ini, Beksi Tradisional H. Hasbullah juga mulai memperkenalkan diri ke generasi muda lewat kegiatan Ekstra Kurikuler di sekolah dan juga lewat media layar kaca, baru-baru ini Beksi Tradisional H. Hasbullah diberikan kesempatan tuk terlibat secara langsung baik dalam ide cerita, pemain serta pengatur laga dalam FTV � SILAT BOY 1 � 4� di TransTV.

Kami juga terus berusaha menjaga keTradisional�an Beksi kami ini sebagai sebuah warisan budaya, dalam bentuk diantaranya, Selain terus melestarikan budaya Palang Pintu dengan iringan pembacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW saat akan berlangsungnya sebuah acara pernikahan atau kedatangan tamu kehormatan di kalangan orang betawi, kami juga terus menerus menanamkan dan mengajarkan filosofi bahwa silat itu haruslah �nge�Deres( belajar ) dan nge�Jurus ( latihan ) , Golok (Silat) haruslah berSarung( Ngaji), norma2 agama juga selalu di taushiyahkan pada saat sebelum dan sesudah latihan, serta kegiatan Selametan dan santunan anak yatim yang di selenggarakan secara rutin setiap 6 bulan sekali dan juga pada tiap prosesi urut dan pemandian saat kenaikan jurus sebagai ungkapan rasa syukur atas semua anugrah dari Ilahi kepada kami.

Dengan metode pendekatan secara personal dan kekeluargaan, para guru kami mengajarkan dan menerapkan etika dan adab dalam perguruan maupun dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat secara umum, hingga diharapkan nantinya para Beksier dapat menjadi figur yang tangguh secara fisik serta mantap secara moral dan spiritual, juga bisa bermanfaat dan membawa kedamaian tuk dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya dimanapun dia berada.


BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI



(Disarikan dari buku karangan Yahya Saputra dan Irwan Sjafi�ie �Beksi, Maen Pukulan Khas Betawi�, diterbitkan oleh penerbit Gunung Jati,Jakarta 2002)



BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI


1. Asal Usul Beksi
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.

1. Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang Lenong (usia 84 tahun �ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu. Orang local tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung. Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ulmu sihir yang dahsyat. Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong. Namun dari sekian banyak penantangnya belum ada satunpun yang berhasil mengalahkan Ki Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di rumahnya dia didatangi oleh soerang pemuda yang protes karena singkong yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan, tidak peduli waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an. Singkat kata, Pak jidan menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa dipanggil jika pak jidan memerlukan dengan membakar kemenyan dan membaca mantra. Ketika orang itu epergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul dari balik jubahnya danjuga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan Putih. Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti bias adi tengah pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak bayar sewaktu makan singkong daganganya, PaK Jidan menedang keranjang dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan e tengah arena dan memaksanya bertarung dengan Ki Kenong. Di luar dugaan, Pak Jidan mampu mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu. Menurut legenda, dengan jurus baroneng Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki Kenong yang terkenal dengan �pukulan tangan berapi�. Ketika ditanya oleh Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan�yang diangkat sebagai kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.

2. Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945). Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal dunia. Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu. Si ayah lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah . Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan ke murid-muridnya.demikian beksi pun berkembang.


Dalam perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada ilmu maenpukulan ini. Ada yang menartikannya BEKSI= Bserbaktilah Engkau pada Sesama Insan ....
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.


2. Tokoh-tokoh Beksi
Hampir semua aliran beksi mengakui bahwa yang mengajarkan pertama-tama ilmu beksi adalah Ki Kidan ( Ki Iban) dan atau Raja Bulu.
Lebih lanjut inilah para tokohnya berdasarkan generasi:



  • Generasi I : Raja Bulu dan Ki Jidan (Ki Iban)


  • Generasi II : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah


  • Generasi III :Kong Marhali, Nyi Mas Melati, Kong Godjalih


  • Generasi IV : Kong H Hsabullah, Kong HM Nur, Kong Simin, Minggu, Salam Kalut, H Mansyur, Muhammad Bopeng


  • Generasi V : Tonganih, Dimroh, HM Yusuf, HM Nuh, Sidik, H Namat, H Syahro, Mandor Simin, Umar


  • Generasi VI :H Machtum, Tong tirih, H Dani, Udin Sakor, Soleh, Tholib/syaiful, dll


  • Generasi VII : Abdul Aziz, Abdul Malik, HA Yani, Mftah, Nasrullah, dll

Ki Iban/Raja Bulu memiliki murid yaitu : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah
Yang belajar pada atau menjadi murid dari Ki Ceng Ok yaitu : Kong Godjalih, Kong Marhali. Sedangkan Nyimas Melati berguru pada Ki Dalang Ji�ah.
Para murud dari Ki Ceng Ok terus menerus menyebarkan Beksi hingg ke Jakarta dan tempat lain. Mereka dikenal denga sebutan Beksi empat serangkai yakni : Kong Jali, Kong Has, Kong Nur dan Kong Simin.


3. Jurus-jurus dan belajar Beksi
Jurus-jurus Beksi terkenal dengan keras, cepat, ringkas danemngarah pada tempat-temapt yang mematikan pada tubuh. Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa Pada Allah agar dalam mempelajari beksi diberi keridlaan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Dalam permaian jurus, ada banyak melakukan gedi (hentakan kaki ke lantai) dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjrukan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan.
Cara belajar �mengajar beksi :


1. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan
2. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus
3. Sambut. Murid tanding dengansesama murid atau guru dengan menggunakan jurus.


Secara fundamental ada 12 jurus dalam beksi dibeberapa tempat disebut dengan nama yang berbeda.
Berikut nama-nama jurus beksi berdasarkan wilayahnya:



DAERAH I


1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Cauk
5. Jurus Broneng
6. Jurus Bandut
7. Jurus Beksi Satu
8. Jurus Silem
9. Jurus lokbe
10. Jurus Bolang Baling
11. Jurus Janda Berias
12. Jurus Panca Lima


DAERAH I I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut/bandul
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir
DAERAH III


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Bandut/bandul
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Tingkes
8. .Jurus timpug
9. .Jurus Kebut
10. .Jurus Tiga
11. .Jurus Galang Tiga
12. .Jurus Galang Lima


DAERAH IV


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Kebut
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Beksi Satu
8. .Jurus Ganden Susun
9. .Jurus Tingkes
10. .Jurus Silem
11. Jurus Timpug
12. Jurus Tunjang/Petir

Pelajaran senjata juga diberikan yaitu ilmu golok yang terdiri dari dua jurus yaitu jurus golok satu dan dua. Jurus golok satu dipecah lagi jadi jurus satu hingga jurus tujuh. Sedangkan jurus golok dua dipecah menjadi 2 jurus yaitu jurus satu dan dua.
Kombinasi jurus baik tangan kosong maupun golok sangat sanagt penting dalam beksi sehingga bisa bercipata berbagai jurus lagi misalnya : Jurus bandut tepuok, jurus bandut galang, dll.
� Lu jual gue beli�
�Lu jangan amen pukul aje, maen hakin sendiri. Pakelah ilmu padi, mangkin berisi mangkin merunduk�
(Jakarta 15 Juni, 2005, IS)


Betawie, 13 Oktober 2010.
Di tulis ma' Bang Ozan.
Narasumber : Babeh Sabenuh Masir, Bang Muhali Yahya.


dikutip dari:
Facebook Beksi Tradisional Haji Hasbullah
http://www.facebook.com/note.php?note_id=440197832778

referensi lain:
beksi-tradisional.blogspot.com
Share:

Senin, 24 Oktober 2016

Silat Banten Aliran Bandrong



Bandrong, Si Ikan Sakti


Pernah lihat Ikan Sakti beraksi membanting manusia? Ada di Padepokan Pencak Silat, taman Mini Indonesia Indah, tanggal 21 Juni 2008 di Hall terbuka. Tentu saja Ikan Sakti alias bandrong adalah nama aliran pencak silat yang dimainkan oleh para pendekar yang datang langsung dari pedepokan Karang Tunggal, Desa Bojonegara, Serang, Banten. Tidak tanggung-tanggung, rombongan pesilat bandrong ini berjumlah tidak kurang dari 30 orang, satu bis penuh. Mereka datang memang atas undangan Forum Pecinta dan Pelestari Pencak Silat Tradisional (Komunitas Sahabat Silat) untuk mengisi acara rutin �Diskusi Sahabt Silat� untuk mengangkat dan mengenalkan kembali pencak silat pada kaum muda Indonesia.



Yang datang tidak hanya para praktisi silat bandrong saja, tapi lengkap dengan musik pengiringya yang disebut petingtung. Sebuah musik khas Banten yang unik dengan terompet dan kendang besar dan kecil, gong beberapa buah dan sebuah gong unik yang suaranya didapat dari gema yang dipantulkan ke dalam semacam tong kecil yang disemen namun berongga ditengahnya. Itulah Petingtung.


Tentu sja hal ini ditanggapi dengan semangat oleh komunitas Sahabat Silat. Tidak kurang dari 70 orang mendatangi diskusi terbuka ini. Sebagian dari mereka bahkan membawa keluarganya berikut anak-anaknya, para istri atau teman-teman lainnya..


Acara diskusi dibuka oleh MC yaitu Kang Kiki dan dilanjutkan oleh moderator yang bersuara meyejukkan jiwa yaitu Bang Rasyid alias Ochid. Ketua dan sesepuh rombongan Bandrong kemudian memperkenalkan satu demi satu per anggota rombongannya; yang sangat bervariasi mulai dari anak-anak hingga kakek gaek berusia di atas 70 tahun (tapi jangan tanya kemampuan silatnya!).


Pemaparan sejarah singkat dilakukan oleh Team Bandrong (Bpk Haji Satibi dan Bpk Astare) mengenai aliran unik ini. Bandrong ternyata adalah nama ikan yang biasa terdapat di daerah Banten. Dengan karakter yang khas, gerak pencak ini banyak diilhami �minimal dalam penamaannya�oleh si ikan yang memiliki gigi bergerigi dan panjang serta bisa terbang dari dalam laut ke udara.


Seperti dituiskan oleh Nasrudin dalam makalahnya �Sejarah Singkat Pencak Silat Bandrong�� :


Bandrong diambil dari nama jenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ia merupakan ikan yang sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga laut atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering memperhatikan ikan tangkas gesit ini dan juga jangkauan lompatan jarak jauhnya dan hal itu benar � benar mempesonanya. Sehingga akhirnya beliau mengambil nama ikan itu untuk memberi nama ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya dengan nama � PENCAK SILAT BANDRONG� karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan Bandrong


Asal muasalnya, konon dari seorang pendekar pada jaman Sultan Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan di Banten ( 1552-1570), yaitu Ki Sarap. Singkat kata, setalah Ki Sarap mengalahkan salah seorang senopati banten yaitu Ki Semar; dengan berbagai kondisi dan pertimbangan, akhirnya Sultan mengangkat Ki Sarap Sebagai senopati dengan Gelar Senopati Nurbaya (Ki Urbaya). Dari ilmu Ki Sarap-lah bandrong bermula. Dalam pelaksanaan tugas sebagai Senopati, Ki Sarap banyak berhadapan dengan para perompak yang beroperasi di sekitar teluk/laut Banten. Karena banyak tugasnya menjaga laut Ki Sarap juga dijuluki : Ki Patih Jaga Laut. Disinilah ilmunya semakin berkembang dan akhirnya diwariskan secara turun termurun di Banten, hingga saat ini.




Menurut Nasrudin (masih dari makalah yang sama) yang juga adalah salah satu Pengurus Perguruan Silat Padepokan Karang Tunggal, Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan; JURUS DASAR PADA SILAT BANDRONG adalah sebagai berikut :





  1. JURUS PILIS

  2. JURUS CATROK

  3. JURUS TOTOG

  4. JURUS SELIWA

  5. JURUS GEBRAG

  6. JURUS KURUNG


Sedangkan Gerakan dasar langkah silat Bandrong Ada berjumlah 27 buah .


Bandrong dan Petingtung

Tidak lengkap rasanya jika hanya sekedar mendapat keterangan tanpa praktek nyata. Maka acara pun dilanjutkan dengan pertunjukkan jurus. Mulai dari pesilat cilik tampil dengan yakin dan indahnya namun tangkas dan bertenaga menampilkan jurus-jurus bandrong. Jurus bandrong terlihat banyak memiliki karekter tangkapan dengan jangkauan langkah panjang dan serangan tangan yang juga panjang-panjang. Bantingan dengan menangkap kaki lawan, kemudian dilemparkan adalah permainan yang disukai. Banyak sekali aplikasi bantingan yang dimiliki bandrong. Sehingga muncul pameo: �mau minta dibanding telungkup atau terlentang�. Sekilas terlihat persamaan dengan maen pukulan dari betawi yaitu cingkrik.


Kekekhasan lainnya, bandrong banyak lompatan-lompatan dengan jangkauan tangan (pukulan) yang panjang dan langkah kaki lebar-lebar. Sangat kontras dengan aliran silat sunda umumnya yang tangan/lengannya umumnya senantiasa menempel di ketiak atau tidak mau jauh dari badan. Bandrong sangat percaya diri untuk membuka tanganya hingga membentuk sudu 90 derajat dengan tubuhnya. Serangan tanganpun tidak hanya kepalan, tapi juga tusukan dan totokan. Tidak ada tendangan tinggi; satu dua kali terlihat para praktisi mengangkat satu kakinya seprti posisi burung bangau sedang angkat kaki, namun tetap tidak ada tendangan yang spektakuler.


Pada kesempatan ini juga ditampilkan �sambutan� atau permainan jual beli yang merupakan aplikasi dari jurus yang dimainkan oleh dua orang baik tangan kosong maupun menggunakan golok. Terlihat didalamnya apa yang dinamankan : ngebandrong; menutup serangan; colok, gedog dan gendring yang demikian unik dan khas bandrong dari Banten.



Dan tetap saja musiknya yaitu petingtung menjadika semuanya semarak. Sehingga seorang sesepuh dari Cikalong meminta untuk diajari ibingan yang demikian memukau tersebut. Maka peserta pun ramai-ramai diajak mengibing ala bandrong. Soal musik ini Pak Eddy Nalapraya, sesepuh pencak silat, berkomentar �lestarikan pula alat musik ini, jangan cuman silatnya�, ujarnya � liat suling panjang ini, sekarang siapa yang bisa memainkannya?�. Benar saja, berbagai alat musik tradisonal petingtung tergolong semakin sedikit orang yang bisa memainkannya. Pelestarian pencak silat, bandrong misalnya seyogyanya juga meliputi budaya lainnya semisal alat musiknya, pakainnya, serta tradisi-tradisi lainnya�


Demikianlah dalam suasana kekeluargaan, acara diskusi ditutup menjelang sore di hari sabtu yang agak panas itu� Selalu terbayang,: seekor ikan terbang, Ikan bandrong, meluncur gagah diangkasa, setelah keluar dari laut nan biru di lautan sekitar Banten. Ikan yang mengilhami para pendekar dahulu akan keperkasaan alam, kekuatan dahsyat Sang Pencipta Alam Semesta.


Kita belajar dari Alam, untuk mengenal Sang Pencipta Alam melalui budaya warisan leluhur pencak silat tradisional

Oleh : Ian S yamsudin ( silatindonesia.com )

Share:

Pengenalan Golok Sunda sebuah budaya yang perlu diperhatikan



Anatomi golok sunda Golok atau bedog sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Jawa Barat memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya. Golok (bedog) sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih dari siku tangan, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek kalau pendek disebut Golok 'bedog', golok sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari siku tangan disebut kolewang atau gobang. Menurut fungsi golok untuk keperluan perkakas disebut Pakakas dan yang berupa senjata disebut Pakarang.
Bagian utama dari sebuah golok adalah bilah kalau di sunda disebut Wilah, dan penamaan golok umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja, malah jaman dahulu ada yang mencampur pasir, perak,perunggu dan emas (kemungkinan malah dicampur dengan yang lain-lain), dengan berbagai macam-macam pula teknik tempanya.

Bilah golok disebut wilah:

-Bilah buntut disebut paksi.
-Ekor pada pangkal bilah yang dimasukkan pada pegangan golok disebut peurah.
-perut bilah disebut beuteung.
-Bagian yang tumpul dinamakan punggung disebut Tonggong.
-Ujung bilah golok disebut Congo
-Punggung bilah golok sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah Bentik.
-Ada bilah golok yang melengkung disebut Curug

Gagang Golok disebut Perah :

- Gagang melengkung dan memiliki ujungnya berbentuk bulat disebut eluk.
- Gagang atau perah yang agak miring dan melengkung berfungsi agar golok dapat digenggam dengan kuat dan nyaman.
- Ujung gagang atau perah yang ada 'cantelan'nya berfungsi agar jari kelingking terkait, menahan genggaman tangan agar tidak lepas tergelincir.
- Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan keinginan.
-Biasanya bila bentuk bilah melengkung maka bentuk perah pun dibentuk melengkung

Sarung golok disebut sarangka :
- Fungsi utama Sarangka adalah agar golok dapat mudah dan aman untuk dibawa.
-Penyelipan sarangka dipinggang disebut 'disoren'
- Sama seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang karena terhitung tidak aman dan cepat rusak, juga sulit mencari kulit binatangnya.
- Gelang-gelang pengikat sarangka yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut Barlen
- Pengikat kain golok disebut Simpay.
- Tempat gantungan golok ada di bagian luar sarangka disebut simeut meuting.

Dan bagi para pemain golok sunda dalam silat tua biasanya mengerti alur darah pada golok yang disebut dengan Runcang atau Jegong.

golok sunda

Share:

GERAK SAKA Bergerak Sesukanya dengan Rasa



Cobalah untuk memukulnya. Dijamin tangan lelaki berusia 58 tahun itu akan berkelebat cepat. Tangan kiri menangkis serangan berbarengan dengan tangan kanan menerjang muka lawan.

Cash and carry. Kalau diserang, langsung kite bayar kontan, ujar Muhammad Sani sembari tertawa.

Itulah karakter khas Gerak Saka. Aliran silat ini berasal dari Jawa Barat. Ini semula memang bela diri internal keluarga menak Sunda keturunan Prabu Siliwangi, kata Sani.

Raden H Muhammad Sjafe'i (1931-2001) adalah orang yang membawa bela diri tradisional ini ke Jakarta.

Bang Pe'i, demikian Muhammad Sjafe'i biasa disapa, belajar dari salah seorang kerabat istrinya, Raden Widarma. Meski keturunan bangsawan Pandeglang, Pe'i semula juga tak diperkenankan untuk mempelajarinya.

Ki Sura (nama aslinya tidak diketahui), salah seorang paman istri Bang Pe'i, akhirnya memberi izin Pe'i muda untuk memperdalam ilmu silat ini.

Pe'i juga diizinkan untuk mengajarkan ilmu ini kepada orang di luar lingkungan keluarga, asalkan mengubah nama alirannya. Aslinya bernama Gerak Gulung Pribumi, kata Sani.

Ketika mengembangkannya di Petojo, Jakarta Selatan, Pe'i mengubah namanya menjadi Gerak Saka. Singkatan dari Sakadaekna (bahasa Sunda) yang artinya sesukanya, kata Sani.

Maksudnya, ketika bertarung, gerakan aliran silat ini memiliki fleksibilitas bagaimana melumpuhkan lawan. Kena matanya bisa, mau serang kemaluan boleh, mau ambil ulu hati juga nggak apa-apa, ujarnya.

Selain Sani, dua ahli waris lainnya adalah H Abdullah di Condet dan H Nunung di Rawa Belong, yang lalu membentuk Gerak Sanalika.

Kesederhanaan dan fleksibilitas menjadi ciri khasnya. Aliran ini tidak memiliki kembang dan hanya memiliki lima jurus. Jurus-jurus ini sebenarnya hanya merupakan gerakan-gerakan dasar yang dalam aplikasinya berkembang sesuai dengan situasi pertarungan dan kondisi lawan.

Ilmu silat ini memang khusus untuk bertarung. Ketika menyerang, tangan digunakan hanya untuk menjangkau dan memukul daerah berbahaya lawan, seperti mata, leher, ulu hati, dan kemaluan.

Dalam ilmu ini kita memang diajarkan harus melumpuhkan lawan secepat mungkin, ucap Sani.

Tak seperti aliran silat lain yang lebih menekankan pada kecepatan dan kekuatan, ilmu bela diri ini bertumpu pada rasa, yakni sensitivitas untuk membaca sirkulasi pergerakan dan tenaga lawan lewat sentuhan tangan. Makanya ilmu ini juga disebut Gerak Rasa.

Rasa penting dalam perkelahian karena tangan yang terlatih akan memiliki kepekaan dan secara otomatis mengantisipasi gerakan lawan tanpa melihat.

Ketika bertarung, wajah kita justru berpaling dari musuh dan hanya melihat lawan lewat sudut mata, kata Sani. Unik, bukan?

Penulis :
AMAL IHSAN
Koran Tempo
Edisi : Sabtu, 24 Februari 2007
Share:

Tarung Bebas, Tradisi NU Sejak Penjajahan Belanda



PROBOLINGO- Tarung bebas sudah menjadi tradisi warga Nahdlatul Ulama di Probolinggo, Jawa Timur. Layaknya tinju bebas, peserta saling baku hantam tanpa pelindung, namun tidak ada dendam.

Peserta saling baku hantam di atas arena. Tradisi ini merupakan warisan sejak masa penjajahan Belanda.

Suasana tarung bebas di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Sabtu kemarin, sekilas terlihat seperti pertandingan tinju.
pencak dor tarung bebas
Namun bila diamati ada perbedaan dalam pertandingan ini. Semua peserta tampil tanpa dilengkapi dengan pelindung tubuh atau pengaman lain. Mayoritas peserta adalah para santri dari 27 pondok pesantren di Jawa Timur.

Sesuai dengan namanya tarung bebas, dua peserta diujinyalinya untuk bertarung secara bebas.

Abidin, salah satu peserta tarung bebas, mengaku sudah 6 tahun mengikuti kegiatan ini. Peserta, kata dia, dibebaskan untuk memukul, menendang, mengunci, bahkan membanting lawan.

Hanya saja setiap peserta yang bertarung dibatasi selama 5 sampai 10 menit dengan pengawasan ketat oleh wasit.

Selain memastikan pertandingan berjalan adil, wasit juga bertugas mengontrol emosi peserta sehingga tidak berlebihan apalagi sampai muncul dendam.

Tidak ada yang kalah dan menang dalam pertandingan ini karena dihelat bertujuan untuk melestarikan warisan leluhur dan media pemersatu warga Nahdliyin.

Tarung bebas, pada zaman kemerdekaan digunakan sebagai alat membela diri dan mengusir penjajah dari Tanah Air. Tarung bebas juga identik dengan Perguruan Pagar Nusa.
Share:

Tradisi Pencak Dor



pencak dorNGANJUK | Sejumlah pemuda menderita luka-luka saat mengikuti tradisi pencak dor atau tarung bebas di Kota Nganjuk, Minggu siang. Dalam tradisi tersebut, ratusan pesilat muda antar berbagai perguruan silat saling bertarung secara bebas tanpa pendaftaran tanpa alat pengaman dan tanpa aturan yang macam-macam.



Pokoknya siapa yang berani langsung diperbolehkan masuk ke tengah arena pertandingan. Uniknya meski tak ada hadiah yang diberikan pada pemenang, namun setiap tradisi ini di gelar pesertanya mencapai ratusan orang. Acara ini di gelar untuk merayakan datangnya tahun baru Islam.

Pencak dor atau tarung bebas yang digelar di Kelurahan Mangundikaran Kecamatan Kota Nganjuk ini diikuti oleh remaja dan pemuda dari berbagai perguruan silat di Kabupaten Nganjuk.

Sesuai dengan namanya �tarung bebas�, dalam pertandingan ini para peserta bertarung secara bebas. Meski peserta pertarungan bebas ini adalah para pendekar dari berbagai perguruan silat, namun dalam pertarungan langsung dan bebas ternyata tak tampak satupun jurus-jurus yang bisa dikeluarkan oleh para petarung.

Begitu wasit membuka pertandingan, para pendekar ini langsung saling serang sekenanya. Karena tak ada alat pengaman, tak sedikit dari para petarung yang menderita luka-luka. Meski demikian, para petarung ini mengaku tidak ciut nyali dan justru merasa lebih berani.

KH. Amir Marwah Dahlan, tokoh dan sesepuh perguruan silat Pagar Nusa di Nganjuk mengaku sengaja menggelar acara pencak dor atau tarung bebas untuk merayakan datangnya tahun baru Islam atau datangnya tanggal 1 Suro.

Sebab pada tanggal 1 Suro biasanya para murid perguruan silat menjalani prosesi khataman atas pelatihan silat yang telah mereka ikuti selama satu tahun sebelumnya. Sehingga pasca khataman, kemampuan yang diperoleh pesilat dapat langsung dibuktikan.

Meski dalam tarung bebas ini para peserta bertarung habis-habisan, namun tak ada hadiah apapun buat para peserta. Pasca bertarung meski mengalami luka, bersama lawannya para peserta tidak boleh saling mendendam.
Share:

Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa



Jujur, ihlas, sportif, berani mengabdi, teguh pendirian, dan elegan. Pangkat-pangkat inilah yang layak disandang para pendekar dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa.

Lagi pula para pendekar dunia persialatan ini tak terlalu butuh pangkat-pangkat basah di pemerintahan yang akhir-akhir ini ramai diperebutkan orang banyak. Para pendekarlah sebenarnya yang berada di barisan terdepan perjuangan mendapatkan ?kedaulatan? negeri ini sekalipun belakangan nama mereka tidak banyak mendapatkan tempat dalam catatan sejarah yang didominasi oleh para diplomat dan politisi.

Di tengah-tengah kerumunan ratusan pendekar berbaju, celana, dan kopyah atau julbab hitam kelam itu penulis menemukan semangat menggebu-gebu untuk memperbaiki kondisi Nusantara yang telah dikacaukan oleh ?para pendekar berwatak jahat.? IPS-NU Pagar Nusa mengadakan Kongres di Pesantren Ciganjur Jakarta asuhan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jum?at-Ahad (23-25 September 2005) lalu.

Menjelang pelaksanaan kongres saya sempat berbincang dengan Ketua Umum IPS-NU Pagar Nusa yang selanjutnya terpilih kembali. Dialah Prof. DR. KH. Suharbillah. Perbincagan berlangsung akrab dan sama sekali tanpa rasa takut meski saat itu penulis berhadapan dengan seorang pimpinan pendekar yang brewokan dan bertubuh besar kekar. Salah satu ucapan Kiai Suharbillah yang penting begini:

?Saya sempat mendapatkan telepon dari oknum yang mengatasnamakan pengurus wilayah Pagar Nusa. Dia mengaku menawarkan wilayahnya untuk memilih saya sebagai Ketua Umum Pagar Nusa Periode 2005-2010. Namun dia bertanya kompensasi apa yang hendak saya berikan kepada wilayah itu. Saya balik bertanya, apakah Pagar Nusa sekarang sudah seperti itu?!?

Ya. Memang dalam banyak hal paguyuban (jamaah) yang empunya kejelasan kekuatan ?fisik? dan massa menjadi bahan-bakar utama untuk menjadi alat politik, dan dengan begitu para pentolannya tergolong orang yang berpunya. Namun Pagar Nusa tidak termasuk dalam bahagian itu.

?Saya sempat menawarkan kepada para pengurus Pagar Nusa, apakah kongres ini model Ansor atau model NU. Kalau model Ansor para anggotanya di kasih sangu. Namun kalau model NU malah dimintai urunan. Ternyata warga Pagar Nusa Lebih memilih model NU,? kata Kiai Suharbillah. Dua idealtipe barusan seharusnya tidak ada, namun kadang menjadi problem ideologis yang pertama-tama harus diperbincangkan secara intern, diselesaikan sampai tuntas.

Para pengurus cabang IPS-NU Pagar Nusa berangkat ke Jakarta dari daerahnya masing-masing, Jawa dan luar Jawa, dengan biaya sendiri. Sedari awal Kiai Suharbillah berpesan, ?Kami pengurus pusat tidak menyediakan tiket. Tiketnya nanti di surga dan insyallah lebih mahal harganya.? Itupun para pengurus Pagar Nusa yang hadir dimintai iuran 100 sampai 300 ribu-an percabang; jumlah yang lumayan besar untuk kebanyakan warga Pagar Nusa.

Budaya Bangsa

Jika Jam?iyyah Nahdlatul Ulama dan kalangan pesantren mengaku sebagai penjaga tradisi, maka Pagar Nusalah anak NU yang paling cinta dengan budayanya. Misalnya saja, jurus-jurus yang ada dalam Pagar Nusa tidak harus satu barisan namun disesuaikan dengan trend pencak di daerah masing-masing dan dinamai dengan nama daerahnya. Ada jurus Cimande, Kediri, Pasuruan, dan daerah lainnya. Pagar Nusa tidak terlalu gemar mengimpor jurus-jurus silat dari Asing apalagi sampai menamai jurus silatnya dengan istilah asing yang apalagi ngetrend.

?Sama dengan pesantren yang dulu-dulu itu. Namanya selalu identik dengan nama daerahnya. Ada Pesantren Lirboyo, Tebuireng, Langitan, dan seterusnya. Inilah pesantren yang asli, bukan pesantren yang belakangan dinamai dengan memakai nama dari bahasa Arab,? kata Kiai Suharbillah.

Tema yang diusung dalam kongres Pagar Nusa kali ini adalah ?Berjuang Menegakkan Moralitas dan Budaya Bangsa.? Pagar Nusa bertekat mengisi ruangnya sendiri sekalipun ruangnya yang lama dan klasik dan tak harus sama dengan yang lain. ?Kami akan menngalakkan gerakan ekonomi di seluruh basis NU dengan cara mengampanyekan kembali semboyan cinta terhadap produk sendiri, terutama produk dari warga Nahdliyyin, dan agar kembali ke model perekonomian lama yang merakyat yakni model koprasi,? kata Kiai Suharbillah.

Para pendekar IPS-NU Pagar Nusa tidak hendak ambisius ingin menyelesaikan problem Nusantara yang semakin edan ini secara cepat dan revolusioner, namun secara pasti mengambil perannya sendiri. ?Dalam soal kenaikan BBM kami tidak ingin memihak sana-sini. Kami hanya bertugas agar konflik yang terjadi akibat kenaikan BBM tidak semakin parah,? kata Kiai Suharbillah. Semoga bisa.

(a khoirul anam)

APA ITU PAGAR NUSA ?

Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama' Pagar Nusa disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa.
IPSNU Pagar Nusa adalah satu - satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama' berdasarkan keputusan Muktamar.
Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama' yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga - lembaga NU lainnya.
Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau beladiri lainnya.
Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain - lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini.

VISI DAN MISI

Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama'ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan :
Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan negar kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila.
Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.

ANGGOTA
Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama' :
Mulai kanak - kanak sampai sesepuh ( batasan usia )
Dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir ( batasan kemampuan )
Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan

MATERI PENCAK SILAT
Materi Pencak Silat Pagar Nusa Bakudi susun oleh tim yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret, Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dll. secara sistematis dengan metode modern.
Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun - tahun dan sampai kini masih dilakukan penggalian - penggalian untuk paket selanjutnya.
Materi baku telah dilengkapi Buku Panduan bergambar, Kaset, dan VCD, dapat dibeli di bagian perlengkapan pusat.

FISIK BAKU
Gerak Dasar
Paket Kanak - kanak ( setingkat TK )
Paket I A & B ( setingkat SD )
Paket II A & B ( setingkat SMP )
Paket III A & B ( setingkat SMU )
Paket Beladiri ( setingkat perguruan tinggi )
Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna Dasar Badge pada sabuk tingkatan menyesuaikan dengan penjenjangan tersebut.
Pendalaman = Seni Festival, Lomba, dll.
= Beladiri Terapan, Keamanan, dll.
= Olahraga Pertandingan, Senam Massal, dll.
= Kesehatan Pijat, Pernafasan, Obat, dll.
= Dan Lain - Lain.

NON FISIK BAKU
Ijazah
Jurus Asma'ul Husna
Jurus Taqorrub
Pendalaman = Pengisian Badan Langsung / Instan
Pengisian Bertahap Sesuai Jurus
Pengisian Barang
Pengobatan Non Fisik
Atraksi
Do'a
dll.

MANFAAT
Bergabung dengan Pagar Nusa bermanfaat, baik sosio kultural, edukatif maupun personal.

PERANGKAT LPS NU PAGAR NUSA

Disamping Struktur kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya ditingkat pusat sbb :

DEWAN BESAR GURU KHOS
Yaitu Ulama - Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan terakhir bagi keputusan - keputusan penting dan merupakan back up utama LPSNU
Dewan Besar Guru Khos antara lain :

KH. ABDULLAH FAQIH KH. HABIB JAKFAR
KH. ABDULLAH ABBAS KH. M.A. FU'AD HASYIM
KH. HABIB LUTFI KH. MUSLIMIN IMAM PURO
KH. SUFYAN KH. KHOTIB UMAR
KH. MASDUQI MAHFUDZ

DEWAN GURU KHOS
Dewan ini terdiri dari Ulama - Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan Guru Khos antara lain :

KH. R. KHOLIL AS'AD KH. SYAIFUL ISLAM
KH. AGUS HALIM KH. SA'DAN MAFTUCH
KH. ALY MASHURI KH. ROFI'I
KH. ABDULLAH KH. SU'UD IBRAHIM
KH. AGUS BUSTOMI KH. NURKHOLIS

DEWAN KHOS
Dewan ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional.
Dewan ini juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang - orang khusus ( khos ) dengan kepengurusansecara operasional.
Dewan Khos antara lain :

PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA KH. IMAM FAUZI
DRS. H. HUSNAN SANUSI DRS. SUNOTO
H. TIMBUL WIJAYA ZAINAL SUWARI
KH. KHOIRUL ANAM DRS. MAHSUN
KH. SU'UDI BAGIYONO
H. AFANDI MAS'UD MUJAHIDIN

PASUKAN KHOS

Adalah orang - orang khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.

PASUKAN INTI / PASTI

Pasukan ini dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyarakatan

PERKEMBANGAN, POTENSI DAN PRESTASI

PERKEMBANGAN DAN POTENSI
Sejak LPSNU Pagar Nusa berdiri 3 Januari 1986, organisasi ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Oraganisasi yang pertama kali berdiri berbentuk perguruan ini setelah beberapa kali melakukan Musyawarah Nasional dan Rakernas mengalami perubahan status sebagai Lembaga, lalu menjadi Badan Otonom kemudian kembali ke Lembaga lagi sesuai amanat Muktamar di masanya.
Perubahan dan perkembangan tersebut tidak mengurangi bahkan menambah potensi Pagar Nusa di NU yang memang sangat kaya akan budaya pencak silat dan yang berkaitan dengan itu.
Wilayah yang sudah terbentuk meliputi seluruh Indonesia sbb :
Batam : Sudah berdiri sebagai Komisariat atas Daerah Otorita
Sumatra : Seluruh Sumatra kecuali Aceh
Jawa : Seluruh Jawa, kecuali Jawa Barat tetapi di tingkat cabang
seperti Cirebon, Bandung dll sudah ada
Bali : Seluruh daerah sudah ada
NTB : Seluruhnya
Kalimantan : Seluruh Kalimantan
Sulawesi : Baru di Sulawesi Utara dan SulawesiTenggara
Irian Jaya : Sudah beberapa daerah.
Wilayah lain yang belum terbentuk adalah Maluku dan NTT

PRESTASI

Disamping selalu melaksanakan kegiatan rutin dan khusus yang berkaitandengan tugas - tugas ke-NU-an maupun tugas keluar / kemasyarakatan organisasi pencak silat ini telah berhasil menempatkan putra terbaiknya di Organisasi Pencak Silat Induk Nasional / Internasional, Perguruan Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) dan Perserikatan Silat Antara Bangsa (PERSILAT) antara lain :

Pendamping Tim Pencak Silat di Selangor Malaysia
Beberapa Wasit Juri Nasional Pertandingan sampai sekarang
Beberapa Wasit Juri Nasional Bidang Pencak Silat Tradisi
Sebagai Dewan Pakar PB IPSI
LPSNU Pagar Nusa termasuk Lima Perguruan Besar di Indonesia yang berhak atas event Pencak Silat Internasional Bidang Tradisi.
Penampil sangat monumental pada Parade Pencak Silat Internasional di Denpasar, Bali.

SIMBOL DAN ARTI
LAMBANG PAGAR NUSA Simbol LPS Pagar Nusa berupa gambar Pita bertulisan LAA GHAALIBA ILLA BILLAH yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syari�at Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.

Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan :
Islam itu didirika atas lima : Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan? ( HR Bukhory )

Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan sebagaimana Hadits Nabi SAW? ketika ditanya oleh Malakat Jibril.

Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan.

Firman Allah SWT :
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku. ( QS.Yusuf : 4)
Bintang terbesar mengisyaratkan adanya pola kepemimpinan yang dalam Islam merupakan suatu keharusan.
Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama :
Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala

Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.

Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH

Yang berarti tidak ada yang menang ( mengalahkan ) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi
LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum ( am ) bagi segala bidang kehidupan.

Sedangkan secara khusus ( khas ) dengan mengambil tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol

Firman Allah : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu ( QS. Ali Imron : 160 )
Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 )
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang. ( QS. Al-Maa-idah : 56 ).

Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil ( fisik ) maupun immateriil ( non fisik ) dapat? disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.

Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan? di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :

Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. ( QS.Kahfi : 31).

Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. ( QS Al-Insan 21 )

Sumber tulisan :
- www.nu.or.id
- Sumber lainnya
- Team silat
Share:

Cari

Pencak Silat In Action

Pencak Silat In Action
Pencak Silat In Action
Adsense Indonesia
Adsense Indonesia
Pasang Iklan 125x125
Pasang Iklan 125x125

Cari Blog Ini

 
Oktober 2016